Setiap hidup pasti ada rintangan dan tantangan inilah sebuah kosep menarik yang menjadi tolak ukur agar semua kendala dan permasalahan dapat dilalui,selamat membaca inilah Informasinya:
Mengajar di level pendidikan anak usia dini (PAUD) tidaklah mudah. Selain harus ekstra sabar, guru PAUD akan menjadi contoh bagi anak didiknya. Mereka juga harus mampu bekerjasama dengan orangtua untuk mencptakan suasana yang kondusif, baik di sekolah maupun di rumah.
Ketua Umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi), Prof Dr Ir Netti Herawati, MSi mengatakan, anak-anak PAUD membutuhkan guru-guru yang tidak hanya menyatakan kebaikan, tetapi juga melakukan kebaikan. Sebab, di usia nol sampai enam tahun, anak-anak melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat sehari-hari.
"Jadi pertama adalah membangun integritas gurunya dahulu. Kedua seorang guru PAUD juga harus tahu perkembangan anak, dan terakhir memahami prinsip pendidikan PAUD," ujarnya usai peluncuran 'Gernas Manjur' di Museum Nasional, Jakarta, baru-baru ini.
Netti berpendapat, menemukan guru PAUD yang mencakup tiga kompetensi tidak mudah. Apalagi, guru-guru PAUD yang ada saat ini adalah hasil pendidikan di masa lalu yang dari segi zaman saja sudah berbeda.
"Tetapi tentu itu dapat diatasi dengan pelatihan. Seorang guru kuncinya adalah memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Sebab, jika mereka tidak membuat suasana yang menyenangkan, ingatan anak itu sangat kuat sehingga justru membuat mereka tak mau belajar," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Penasihat Himpaudi, Fasli Jalal mengungkapkan, kesalahan umum yang sering terjadi di PAUD adalah anak-anak diajarkan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Selama menempuh PAUD, pelajaran dimasukkan dalam kegiatan bermain.
"Suasana pembelajaran di PAUD itu bermain. Tetapi yang terjadi saat ini adalah anak setelah masuk SD langsung diberi PR dengan tulisan berparagraf panjang. Sehingga ketika ada anak yang belum lancar membaca, orangtua menyalahkan TK. Padahal seharusnya selama enam bulan pertama anak yang baru masuk SD jangan diberi PR yang seperti itu dahulu. Yang terpenting mereka sudah siap untuk sekolah
Sumber: news.okezone.com
Terima kasih sudah mengunjungi kami semoga informasi tersebut tidak menyurutkan kita untuk mengalihkan profesi kita sebagai seorang pengajar.
Mengajar di level pendidikan anak usia dini (PAUD) tidaklah mudah. Selain harus ekstra sabar, guru PAUD akan menjadi contoh bagi anak didiknya. Mereka juga harus mampu bekerjasama dengan orangtua untuk mencptakan suasana yang kondusif, baik di sekolah maupun di rumah.
Ketua Umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi), Prof Dr Ir Netti Herawati, MSi mengatakan, anak-anak PAUD membutuhkan guru-guru yang tidak hanya menyatakan kebaikan, tetapi juga melakukan kebaikan. Sebab, di usia nol sampai enam tahun, anak-anak melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat sehari-hari.
"Jadi pertama adalah membangun integritas gurunya dahulu. Kedua seorang guru PAUD juga harus tahu perkembangan anak, dan terakhir memahami prinsip pendidikan PAUD," ujarnya usai peluncuran 'Gernas Manjur' di Museum Nasional, Jakarta, baru-baru ini.
Netti berpendapat, menemukan guru PAUD yang mencakup tiga kompetensi tidak mudah. Apalagi, guru-guru PAUD yang ada saat ini adalah hasil pendidikan di masa lalu yang dari segi zaman saja sudah berbeda.
"Tetapi tentu itu dapat diatasi dengan pelatihan. Seorang guru kuncinya adalah memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Sebab, jika mereka tidak membuat suasana yang menyenangkan, ingatan anak itu sangat kuat sehingga justru membuat mereka tak mau belajar," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Penasihat Himpaudi, Fasli Jalal mengungkapkan, kesalahan umum yang sering terjadi di PAUD adalah anak-anak diajarkan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Selama menempuh PAUD, pelajaran dimasukkan dalam kegiatan bermain.
"Suasana pembelajaran di PAUD itu bermain. Tetapi yang terjadi saat ini adalah anak setelah masuk SD langsung diberi PR dengan tulisan berparagraf panjang. Sehingga ketika ada anak yang belum lancar membaca, orangtua menyalahkan TK. Padahal seharusnya selama enam bulan pertama anak yang baru masuk SD jangan diberi PR yang seperti itu dahulu. Yang terpenting mereka sudah siap untuk sekolah
Sumber: news.okezone.com
Terima kasih sudah mengunjungi kami semoga informasi tersebut tidak menyurutkan kita untuk mengalihkan profesi kita sebagai seorang pengajar.
0 Response to "TANTANGAN GURU MENGAJAR DITINGKAT PAUD"
Posting Komentar