BAGAIMANA BILA AHOK DIBEBASKAN DAN HABIB RIZIEQ DITAHAN?“
Pertanyaan ini sebetulnya sudah dipersiapkan sejak awal. Politisi kelas atas yang dari awal berada di belakang layar dan berkepentingan untuk menjatuhkan Jokowi sangat detail membaca fenomena. Dan telah memprediksi berbagai macam kemungkinan.
Artinya, pertanyaan seperti yang saya tulis di awal artikel ini juga merupakan proxy war. Lahir dari pesimisme yang tak mampu dibendung lagi. Pertanyaan yang sekilas terlihat sederhana, namun percayalah! Ini jebakan politik. Dan percayalah! pertanyaan ini sudah dipersiapkan sejak awal.
baca juga:
Bila Ahok dibebaskan dan Habib Rizieq ditahan?. Dalam kacamata hukum, hal ini bisa saja terjadi. Karena basis hukum Indonesia adalah UUD 45 yang disesuaikan dengan sistem demokrasi Pancasila.
Di situ tidak ada istilah “kebal hukum” apalagi karena alasan agama atau jumlah massa pengajian yang dimiliki seorang terdakwa. Keadilan sosial menjadi dasar pengambilan keputusan. Siapapun dapat terjerat hukum, dan siapapun bisa mendapat amnesti(sesuai keputusan MK).
Cacatnya pemahaman publik tentang revolusi dan minimnya kesadaran publik tentang kesakralan Pancasila, dimanfaatkan oleh politisi anti Jokowi untuk membuat sebuah rumusan separasi(baca: cerai berai) dalam nadi publik. Rumusnya adalah “Ahok dibebaskan + Habib Rizieq ditahan = Revolusi”
Harus kita putar ulang cerita Uni Soviet yang mengalami disintegrasi yang dari situ terbuka ruang kosong politiknya di Eropa Timur. Kekosongan politik ini jadi biang kerok membeludaknya konflik di Bosnia. Sebetulnya potensi konflik ini sudah ada jauh sebelum itu.
Bosnia kala itu (1992), sebagai komunal instantif yang sangat terorganisir; baik secara militer maupun administrarif. Telah sampai pada kelayakan untuk menjadi sebuah negara bagian yang independen.
Berbeda dengan revolusi yang terjadi di Iran pada tahun 1979. Tirani Syah Pahlevi yang notabene bermazhab Syiah, tak menghidupkan nilai-nilai suci ajaran para Imam-Imam Syiah. Sehingga terbuka sebuah kekosongan baru yang secara tidak langsung mengundang potensi konflik internal.
Revolusi Iran adalah kemenangan ulama anti hegemoni Barat. Revolusi yang lahir dari ide persatuan universal untuk menumbangkan tirani despotik(kepemimpinan sekarepe dewe) yang saat itu terkunci dengan sedikit napas di ketiak Amerika.
Artinya, revolusi harus diawali oleh sebuah paradigma mendalam terhadap masa depan generasi. Bukan sekedar gairah anti rezim.
Bila di Bosnia, revolusi pendidikan dimulai dengan wawasan tentang kedigdayaan Serbia dan pemanfaatan SDM, di sini gerakan yang katanya ingin Revolusi justru melakukan pembodohan publik dengan menanamkan doktrin kebencian pada perbedaan.
Bila di Iran revolusi dimulai dengan gerakan akademis yang kemudian memunculkan semangat rekonstruksi serta kecintaan pada tanah air. Di sini revolusi menjadi alasan karena kebencian pada tanah air.
Silahkan pelajari revolusi-revolusi titipan hegemoni barat di beberapa negara Arab dan Eropa, betapa khidmatnya mereka saat ini melayani napsu kekuasaan US. Atas nama “Revolusi” mereka tunduk pada hegemoni. Dengan gairah anti rezim lokal, mereka mengembungkan perut mafia sentral.
Revolusi tanpa alat ukur, modal cuma dengkul. Proposalnya dendam kesumat, bila terjadi pun, hanya membuat kehancuran umat.
Sadari bahwa kita telah terpecah, dan upaya untuk bersatu telah ditentang keras melalui berbagai proksi. Sementara banyak dari kita yang merasa semua fenomena ini adalah gerak natural, bahkan sebagian manganggap takdir Tuhan yang tak bisa ditentang, lengkap dengan keimanan pas-pasannya bahwa revolusi adalah kewajiban.
Tidak ada yang mampu membantu siapapun untuk memahami situasi yang sarat dengan anasir konspirasi bila kebencian merundung akal. Siapapun akan bodoh di hadapannya, dan siapapun akan berlumur dosa di hadapannya. Percayalah, ini bukan soal Iman dan Surga tapi soal kepentingan besar di atap politik kita.
Jadi menurut saya, pertanyaan yang bermuatan ide proksi politik untuk meledakan konflik horizontal tidak perlu dijawab dengan tendensi politik juga atau dijawab dengan sentimen agama. Karena kebanyakan dari yang meramaikan wacana itu adalah orang-orang yang tak mengerti muatan ide dibaliknya.
Saya pribadi tak setuju Ahok dipenjara dan saya juga tak setuju Habib Rizieq dipenjara. Saya berharap keduanya mendapatkan amnesti hukum karena dari mereka berdua, kita belajar banyak hal, terutama soal; menjaga lisan, memperbaiki adab, pentingnya mengatur ulang relasi lintas suku, ras dan agama. Menolak ini berarti menolak hikmah dan barang siapa yang tak mampu mengambil hikmah dari sebuah kejadian maka ia adalah orang-orang yang merugi.
“Dia memberi hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran KECUALI ORANG-ORANG yang MEMPUNYAI AKAL SEHAT” (QS. al-Baqarah ayat 269).
Begitulah kura-kura.
sumber:http://www.bbcgroub.com/
Sekian terima kasih.
Pertanyaan ini sebetulnya sudah dipersiapkan sejak awal. Politisi kelas atas yang dari awal berada di belakang layar dan berkepentingan untuk menjatuhkan Jokowi sangat detail membaca fenomena. Dan telah memprediksi berbagai macam kemungkinan.
Artinya, pertanyaan seperti yang saya tulis di awal artikel ini juga merupakan proxy war. Lahir dari pesimisme yang tak mampu dibendung lagi. Pertanyaan yang sekilas terlihat sederhana, namun percayalah! Ini jebakan politik. Dan percayalah! pertanyaan ini sudah dipersiapkan sejak awal.
MENGEJUTKAN BENARKAH...PRESIDEN JOKOWI TIDAK RELA AHOK KALAH DALAM PILKDA NANTI SIMAK NI???Sayangnya, banyak dari kaum muslimin yang sebetulnya hanya robot politik, merasa memiliki peran penting dalam menegakan keadilan. Itu yang jadi masalah. Mereka terkecoh dengan konsep “revolusi” yang spontan membebani benak mereka. Ini sebetulnya bukan hanya persoalan kritis terhadap kebencian terhadap rezim Jokowi, namun reaksi dari minimnya kebanyakan dari kita tentang konsep “revolusi”.
Bila Ahok dibebaskan dan Habib Rizieq ditahan?. Dalam kacamata hukum, hal ini bisa saja terjadi. Karena basis hukum Indonesia adalah UUD 45 yang disesuaikan dengan sistem demokrasi Pancasila.
Di situ tidak ada istilah “kebal hukum” apalagi karena alasan agama atau jumlah massa pengajian yang dimiliki seorang terdakwa. Keadilan sosial menjadi dasar pengambilan keputusan. Siapapun dapat terjerat hukum, dan siapapun bisa mendapat amnesti(sesuai keputusan MK).
Cacatnya pemahaman publik tentang revolusi dan minimnya kesadaran publik tentang kesakralan Pancasila, dimanfaatkan oleh politisi anti Jokowi untuk membuat sebuah rumusan separasi(baca: cerai berai) dalam nadi publik. Rumusnya adalah “Ahok dibebaskan + Habib Rizieq ditahan = Revolusi”
Harus kita putar ulang cerita Uni Soviet yang mengalami disintegrasi yang dari situ terbuka ruang kosong politiknya di Eropa Timur. Kekosongan politik ini jadi biang kerok membeludaknya konflik di Bosnia. Sebetulnya potensi konflik ini sudah ada jauh sebelum itu.
Bosnia kala itu (1992), sebagai komunal instantif yang sangat terorganisir; baik secara militer maupun administrarif. Telah sampai pada kelayakan untuk menjadi sebuah negara bagian yang independen.
Berbeda dengan revolusi yang terjadi di Iran pada tahun 1979. Tirani Syah Pahlevi yang notabene bermazhab Syiah, tak menghidupkan nilai-nilai suci ajaran para Imam-Imam Syiah. Sehingga terbuka sebuah kekosongan baru yang secara tidak langsung mengundang potensi konflik internal.
Revolusi Iran adalah kemenangan ulama anti hegemoni Barat. Revolusi yang lahir dari ide persatuan universal untuk menumbangkan tirani despotik(kepemimpinan sekarepe dewe) yang saat itu terkunci dengan sedikit napas di ketiak Amerika.
Artinya, revolusi harus diawali oleh sebuah paradigma mendalam terhadap masa depan generasi. Bukan sekedar gairah anti rezim.
Bila di Bosnia, revolusi pendidikan dimulai dengan wawasan tentang kedigdayaan Serbia dan pemanfaatan SDM, di sini gerakan yang katanya ingin Revolusi justru melakukan pembodohan publik dengan menanamkan doktrin kebencian pada perbedaan.
Bila di Iran revolusi dimulai dengan gerakan akademis yang kemudian memunculkan semangat rekonstruksi serta kecintaan pada tanah air. Di sini revolusi menjadi alasan karena kebencian pada tanah air.
Silahkan pelajari revolusi-revolusi titipan hegemoni barat di beberapa negara Arab dan Eropa, betapa khidmatnya mereka saat ini melayani napsu kekuasaan US. Atas nama “Revolusi” mereka tunduk pada hegemoni. Dengan gairah anti rezim lokal, mereka mengembungkan perut mafia sentral.
Revolusi tanpa alat ukur, modal cuma dengkul. Proposalnya dendam kesumat, bila terjadi pun, hanya membuat kehancuran umat.
Sadari bahwa kita telah terpecah, dan upaya untuk bersatu telah ditentang keras melalui berbagai proksi. Sementara banyak dari kita yang merasa semua fenomena ini adalah gerak natural, bahkan sebagian manganggap takdir Tuhan yang tak bisa ditentang, lengkap dengan keimanan pas-pasannya bahwa revolusi adalah kewajiban.
Tidak ada yang mampu membantu siapapun untuk memahami situasi yang sarat dengan anasir konspirasi bila kebencian merundung akal. Siapapun akan bodoh di hadapannya, dan siapapun akan berlumur dosa di hadapannya. Percayalah, ini bukan soal Iman dan Surga tapi soal kepentingan besar di atap politik kita.
Jadi menurut saya, pertanyaan yang bermuatan ide proksi politik untuk meledakan konflik horizontal tidak perlu dijawab dengan tendensi politik juga atau dijawab dengan sentimen agama. Karena kebanyakan dari yang meramaikan wacana itu adalah orang-orang yang tak mengerti muatan ide dibaliknya.
Saya pribadi tak setuju Ahok dipenjara dan saya juga tak setuju Habib Rizieq dipenjara. Saya berharap keduanya mendapatkan amnesti hukum karena dari mereka berdua, kita belajar banyak hal, terutama soal; menjaga lisan, memperbaiki adab, pentingnya mengatur ulang relasi lintas suku, ras dan agama. Menolak ini berarti menolak hikmah dan barang siapa yang tak mampu mengambil hikmah dari sebuah kejadian maka ia adalah orang-orang yang merugi.
“Dia memberi hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran KECUALI ORANG-ORANG yang MEMPUNYAI AKAL SEHAT” (QS. al-Baqarah ayat 269).
Begitulah kura-kura.
sumber:http://www.bbcgroub.com/
Sekian terima kasih.
0 Response to "berita siang mengggerkan!! hasil sidang tadi sekitar 12.30.ternyata ahok di bebaskan dan habib rizieq di tahan = revolusi !!! ayo kasih selamat buat ahok !!"
Posting Komentar